Strategi scaffolding adalah pendekatan dalam pembelajaran di mana guru atau fasilitator memberikan dukungan sementara kepada peserta didik agar mereka bisa memahami materi atau menyelesaikan tugas yang awalnya terasa sulit.
Istilah ini diambil dari kata scaffold (perancah dalam konstruksi bangunan). Seperti perancah yang membantu pekerja membangun gedung dan dilepas setelah bangunan kuat berdiri, dalam belajar scaffolding juga diberikan bertahap lalu dikurangi ketika siswa sudah mampu mandiri.
🔑 Ciri utama strategi scaffolding:
- Bantuan sementara → Dukungan hanya diberikan pada tahap awal.
- Bertahap → Bantuan dikurangi sedikit demi sedikit sesuai kemampuan siswa.
- Fokus pada ZPD (Zone of Proximal Development) → Konsep dari Lev Vygotsky, yaitu area kemampuan yang bisa dicapai siswa dengan bantuan, bukan yang sudah bisa dilakukan sendiri.
- Interaktif → Melibatkan dialog, tanya jawab, contoh, atau demonstrasi.
- Mendorong kemandirian → Tujuan akhirnya agar siswa bisa menyelesaikan tugas tanpa bantuan.
✨ Contoh penerapan scaffolding dalam kelas:
- Guru memberi contoh cara mengerjakan soal, lalu meminta siswa mencoba dengan soal mirip, sampai akhirnya siswa bisa mandiri mengerjakan soal baru.
- Memberi petunjuk langkah-langkah awal menulis esai, lalu secara bertahap mengurangi bimbingan hingga siswa bisa menulis sendiri.
- Menggunakan pertanyaan pemantik, gambar, atau analogi agar siswa pelan-pelan menemukan jawabannya.