Di tengah perkembangan zaman, peran perempuan dalam kepemimpinan semakin terlihat. Hal ini tercermin dalam sebuah perbincangan menarik di kanal Sobat Pait Pensa TV, sebuah media yang diinisiasi oleh PWI Kabupaten Sleman. Pada episode ini, host Eko Purwono berbincang santai dengan dua perempuan hebat:
- Ibu Suwardini, Dukuh Karang Bajang, Kelurahan Tlogomelati, Sleman.
- Ibu Arum Kurniasari, Dukuh Sendang Sendari, Kelurahan Tirtoadi, Mlati, Sleman.
Berlangsung di Restoran Sajian Kembang Turi, Donokerto, acara ini menghadirkan kisah suka duka menjadi dukuh perempuan profesi yang jarang diemban wanita, namun mereka buktikan mampu dijalankan dengan penuh dedikasi.
Simak Video lengkpa di Kanal Youtube Pensa TV
Perjalanan Menjadi Dukuh: Dari Coblosan hingga Seleksi Akademik
Ibu Suwardini – Menang Lewat Pemilihan Langsung (Coblosan)
Menjabat sejak 2010, Ibu Suwardini terpilih melalui sistem coblosan. Menariknya, beliau bukan warga asli padukuhan, melainkan ikut suami. Dari lima calon, beliau satu-satunya perempuan — dan justru mendapat suara terbanyak.
Setelah terpilih, ia merangkul para pesaingnya untuk menjadi pengurus lembaga pedukuhan seperti RT dan kelompok masyarakat. Hasilnya, hubungan tetap rukun dan guyub.
Ibu Arum Kurniasari – Terpilih Lewat Seleksi Ketat
Berbeda dengan Ibu Suwardini, Bu Arum harus melalui tes seleksi yang melibatkan pihak universitas. Dari empat calon (dua pria dan dua wanita), ia memperoleh nilai tertinggi.
Menariknya, Bu Arum juga bukan warga asli sejak kecil — ia ikut suami tinggal di wilayah itu. Meski begitu, masyarakat menerimanya dengan baik meskipun sempat muncul pro–kontra, hal yang wajar dalam setiap pemilihan.
Suka Duka Menjadi Dukuh Perempuan
1. Tugas 24 Jam Tanpa Batas Waktu
Menjadi dukuh berarti siap melayani warga kapan saja. Baik Bu Suwardini maupun Bu Arum mengaku sering “didodok” warga bahkan pada pukul 00.30 – 03.00 pagi untuk urusan:
- laporan warga meninggal dunia
- perselisihan antarwarga
- masalah keluarga
- kebutuhan administrasi mendesak
Rumah mereka ibarat kantor yang buka 24 jam penuh.
2. Tantangan dari Perbedaan Karakter Warga
Tugas dukuh tak lepas dari berbagai karakter masyarakat. Ada yang mendukung, ada yang tidak.
Bu Suwardini mengakui: pemimpin harus punya “mental baja”.
Ia tetap merangkul warga yang kontra, karena dukuh adalah orang tua bagi seluruh padukuhan.
3. Peran Ganda sebagai Ibu Rumah Tangga
Bu Arum berbagi bagaimana ia membagi waktu antara menjadi dukuh dan mengurus rumah. Kuncinya adalah kerja sama dengan pasangan.
“Kalau saya sibuk, suami membantu. Tapi tugas dukuh tetap harus saya sendiri yang menjalankan,” ujarnya.
Kendala Besar: COVID-19 dan Proyek Jalan Tol
Saat Pandemi COVID-19
Menurut Bu Suwardini, masa pandemi menjadi ujian terberat. Masyarakat yang awalnya rukun sempat terpecah karena perbedaan pemahaman soal protokol kesehatan.
Dampak Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol
Beberapa warga terkena dampak pembebasan lahan. Ada yang ikhlas, ada yang menolak, ada yang bingung soal perbedaan harga ganti untung. Proses pemberkasan juga tidak mudah, terutama untuk tanah warisan dan warga yang tinggal di luar dusun. Namun akhirnya semua dapat diselesaikan dengan baik dan masyarakat menerima dengan lapang dada.
Potensi Pedukuhan: Dari Kerajinan Bambu hingga KWT
Sendang Sendari – Sentra Kerajinan Bambu
Wilayah Bu Arum dikenal sebagai pusat kerajinan bambu sejak lama. Banyak pengrajin dari luar daerah belajar di sini, sehingga berkembang menjadi paguyuban dan sentra ekonomi kreatif.
Pemberdayaan Perempuan Melalui KWT
Kelompok Wanita Tani (KWT) turut berkembang pesat. Mereka:
- memanfaatkan pekarangan untuk ketahanan pangan
- melakukan pelatihan pengolahan hasil tanaman
- memanfaatkan lahan dusun sebagai kebun komunal
Bank Sampah Sendari
Bank sampah juga menjadi program unggulan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan meningkatkan ekonomi warga melalui pengelolaan sampah.
Dua Perempuan, Satu Semangat Pengabdian
Kisah Bu Suwardini dan Bu Arum menunjukkan bahwa:
- perempuan mampu memimpin di tingkat akar rumput
- ketegasan dan kelembutan dapat berjalan beriringan
- dukuh bukan sekadar jabatan, tetapi pengabdian tanpa batas waktu
- keberhasilan pembangunan desa dimulai dari komunikasi, kesabaran, dan kebersamaan
Kedua dukuh perempuan ini menjadi contoh inspiratif bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang kuat, tangguh, dan dicintai masyarakat.