Tradisi Nyadran menjelang bulan Puasa (Ramadhan)

Tradisi Nyadran menjelang bulan Puasa (Ramadhan)

NYADRAN “Desa mawa cara Negara mawa tata”. Kata Nyadran berasal dari kata ‘Sraddha’ yang bermakna keyakinan. Nyadran menjadi bagian penting bagi masyarakat Jawa. Sebab, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Tulisan ini dari Lik Udin (Fb)

Setiap menjelang Ramadan, tepatnya pada bulan Sya’ban, masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, selalu melakukan tradisi Nyadran. Budaya yang telah dijaga selama ratusan tahun ini, dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa atau selamatan bersama di sekitar area makam.

Biasanya, Nyadran diadakan satu bulan sebelum dimulainya puasa. Masing-masing daerah di tanah Jawa punya ciri khas masing-masing dalam tradisi ini. Masyarakat di beberapa daerah membersihkan makam sambil membawa bungkusan berisi makanan hasil bumi yang disebut sadranan. Secara tradisi, sadranan akan ditinggalkan di area pemakaman. Tak jarang, masyarakat juga meninggalkan uang untuk biaya pengelolaan makam.

Salah satu yang khas dan pasti ada di setiap Nyadran, adalah acara makan bersama atau kenduri. Prosesi ini menjadi salah satu yang ditunggu oleh warga. Setiap keluarga membawa masakan hasil bumi. Masyarakat membaur menikmati makanan, yang dihidangkan di atas daun pisang.

Masyarakat yang melakukan tradisi Nyadran percaya, membersihkan makam adalah simbol dari pembersihan diri menjelang Bulan Suci. Bukan hanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, Nyadran dilakukan sebagai bentuk bakti kepada para pendahulu dan leluhur. Kerukunan serta hangatnya persaudaraan sangat terasa setiap kali tradisi Nyadran berlangsung.

Nyadran yang telah dijaga selama ratusan tahun, mengajarkan untuk mengenang dan mengenal para leluhur, silsilah keluarga, serta memetik ajaran baik dari para pendahulu. Seperti pepatah Jawa kuno yang mengatakan “Mikul dhuwur mendhem jero”.

Sumber info narasi : Lik Udin (Udyn Oepewe)

Foto : Group WA Pucang

One thought on “Tradisi Nyadran menjelang bulan Puasa (Ramadhan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Notice: ob_end_flush(): Failed to send buffer of zlib output compression (0) in /home/imammercubuana/public_html/wp-includes/functions.php on line 5373